Rabu, 15 Januari 2014

Resensi:Kontekstualisasi Kandungan Hadits dengan Kritik Sanad dan Matn ala al-Adlabî


Resensator               : Risa Farihatul Ilma (10532040)
Judul Artikel            : al-Adlabî dan Perkembangan Kritik Matan Hadits
Penulis                      : Sa’adatul Abadiyyah & Istiqomah
Judul Buku               : Yang Membela dan Yang Menggugat
Halaman                   : 211-221
Penerbit                    :  Interpena
Tebal Buku               : xiv + 241 hlm

Artikel ini adalah makalah yang telah dipresentasikan oleh Sa’adatul Abadiyah dan Istiqomah pada mata kuliah Kajian Kontemporer atas Hadits yang diampu oleh Prof. Dr. Suryadi, M.Ag. Mereka berdua adalah anggota dari Tim mahasiswa TH Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga. Makalah-makalah yang telah dipresentasikan tersebut dihimpun dan disuguhkan kepada pembaca dalam bentuk buku yang tentu saja sudah melalui berbagai tahap proses penerbitan. Buku ini diedit oleh Muammar Zayn Kadafi yang juga salah satu dari tim. Penulis tsb. mengulas tentang pemikiran al-Adlabî mengenai hadits.
Dalam buku Manhaj Naqd al-Matn ‘inda Ulama’ al-Hadits al-Nabawi oleh al-Adlabî, beliau menjelaskan tentang latar belakang perlunya menggunakan Kritik Matan, kemudian beliau juga memaparkan fakta-fakta bahwa kritik matan sudah dipakai Para sahabat dan Ulama Hadis, kemudian beliau menarik sebuah pemahaman dan desain tentang prinsip-prinsip kritik matan menurut ulama hadits. Hasil penelitian al-Adlabi menunjukkan bahwa kritik matan hadis yaang dilakukan  oleh para ulama hadis selama ini masih bergantung  pada kajian mereka terhadap hal ihwal kehidupan periwayat hadis.[1] Adapun latar belakang al-Adlabi menekankan kritik matan secara garis besar yaitu , ada dua fenomena yang mencolok, yaitu fenomena pemalsuan hadis dan fenomena pembelaan terhadap kepentingan politik. Yang pertama lahir dari kesengajaan, sedang yang kedua dari ketidak sengajaan.[2]
 Namun, salah satu ulama hadits, Ahmad Amin berpendapat dalam Dhuha Al-Islam bahwa para ulama’ telah membatasi diri dengan kritik sanad. Mereka tidak menguji apakah sebuah hadits itu berbanding lurus dengan realita lapangan atau tidak.[3] Hal ini berbeda dengan pendapat al-Adlabi. Menurut al-Adlabi, walaupun kritik matan tidak segencar kritik sanad, namun dalam melakukan kritik sanad, para ulama’ hadits juga menggunakan metode kritik matan, yakni ketika mereka memberi penilaian terhadap seorang periwayat melalui kritik terhadap riwayat-riwayatnya. Demikian pula ketika mereka mengkaji istilah-istilah teknis (al Musthalahat). Walaupun sebagian besar istilah-istilah teknis itu terfokus pada sanad, tetapi ada sejumlah istilah teknis yang memperhatikan kritik matan, seperti pembahasan tentang hadis syadz, hadismunkar, hadis mu’allal, hadits mudltharib, hadis mudraj dan hadis maqlub.
Aplikasi nyata dari usaha kritik matannya adalah sebagai berikut :
1.      Jika matan hadits bertentangan dengan informasi dalam al-Qur’an, maka hadits wajib ditolak.
2.      Jika suatu matan hadits dinilai berlawanan dengan hadits lain, maka ia dapat diselesaikan dengan kompromi.
3.      Jika riwayat-riwayat yang bertentangan  dengan akal, indra, dan fakta sejarah, maka produk akal, indra dan data sejarah harus diunggulkan.
Artikel tsb. memang sudah layak untuk dipublikasikan dan tidak ada plagiat di dalamnya. Semua informasi yang disampaikan oleh pemakalah dapat dipertanggungjawabkan, karena pemakalah menyertakan footnote, meskipun hanya bersumber pada buku induk dan CD Mausu’ah. Hal ini menjadikan makalah ini tidak sempurna. Rujukan yang digunakan hanya dua sumber tsb. Pemakalah tidak menambahkan informasi tentang pemikiran lain dari al-Adlabi dalam karya nya yang lain. Sehingga, pemikiran al-Adlabi yang pastinya saling berkaitan dapat direkonstruksi. Selain itu, kepenulisan makalah tsb. kurang sistematis. Perlu ada nya penambahan sub-bab mengenai penjelasan tentang studi kritik matan, urgensi kritik matan, dsb. Sehingga, penjelasan tentang metodologi al-Adlabi dapat dijelaskan secara tuntas. Judul yang diambil oleh pemakalah juga tidak tepat untuk makalah tsb. karena jika menggunakan kata “perkembangan” maka sudah pasti terdapat penjelasan tentang perubahan metodologi kritik matan yang diusung oleh al-Adlabi dari waktu ke waktu. Menurut resensor, judul yang tepat untuk makalah ini adalah “Al-Adlabi dan Metodologi Kritik Matan Hadits”



[1] Salahuddin ibn Ahmad al-Adlabi, Manhaj Naqd al-Matn ind Ulama’ al-Hadits al-Nabawi terj. M. Qodiru Nur dan Ahmad Musyafiq, Kritik Metodologi Matan Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), hlm. vi.
[2] Sa’adatul Abadiyah dan Istiqomah, al-Adlabî dan Perkembangan Kritik Matan Hadits dalam Muammar Zayn Kadaffi (Ed), Yang Membela dan Yang Menggugat (Yogyakarta: Interpena, 2011), hlm.
[3] Shalahuddin bin Ahmad al-Adlabî, Menalar Sabda Nabi, terj. Ita Qonita, (Yogyakarta: Insan Madani, 2010), hlm. 5.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar