Minggu, 23 Maret 2014

Sebenarnya biasa

sebuah organisasi yang telah dibangun dengan susah payah sedang ricuh
seorang pemimpin yang di pudaknya terdapat banyak harapan dari ribuan santri itu memutuskan untuk berhenti bergerak
entah apa yang sangat  membuatnya memutuskan hal itu
sebagai orang yang tidak tahu menahu tentang apa yang terjadi di badan organisasi itu, saya hanya ingin menyampaikan bahwa kami kecewa dengan sikap Anda yang sangat tidak dewasa itu.
apapun alasannya, setidaknya Anda tidak bisa bersikap seperti ini. Pantaskah saya mengatakan jika Anda adalah seorang pecundang? Apakah hanya dengan berlari dan mengakhiri dengan seperti ini adalah cara yang menurut Anda tepat? Pernah kah Anda mengesampingkan ego Anda? Adakah Anda adalah seseorang yang terbiasa memelihara emosi?
I don't think so
se

Rabu, 15 Januari 2014

Pantai Depok Yogyakarta

Tepat saat ulang tahun saya yang ke-22(120114), saya maen ke pantai ini. Awalnya tidak ada rencana untuk megunjungi pantai ini. Namun tepat pukul 11.13 seseorang menelepon saya. Namun sayangnya teleponnya tidak terjawab karena ponsel saya disembunyikan oleh kawan-kawan saya. u_u. Hingga pukul 12.00 ponsel saya temukan dan ternyata ada 2 panggilan tak terjawab dan 2 pesan darinya. Segera saya meneleponnya dan tak terangkat juga. Hingga ia mengirim pesan singkat kepada saya untuk bertemu di persimpangan UPN Yogyakarta. Tanpa pikir panjang, saya ganti baju seadanya dan menyambar dompet, ponsel, dan tas.

Resensi:Kontekstualisasi Kandungan Hadits dengan Kritik Sanad dan Matn ala al-Adlabî


Resensator               : Risa Farihatul Ilma (10532040)
Judul Artikel            : al-Adlabî dan Perkembangan Kritik Matan Hadits
Penulis                      : Sa’adatul Abadiyyah & Istiqomah
Judul Buku               : Yang Membela dan Yang Menggugat
Halaman                   : 211-221
Penerbit                    :  Interpena
Tebal Buku               : xiv + 241 hlm

Artikel ini adalah makalah yang telah dipresentasikan oleh Sa’adatul Abadiyah dan Istiqomah pada mata kuliah Kajian Kontemporer atas Hadits yang diampu oleh Prof. Dr. Suryadi, M.Ag. Mereka berdua adalah anggota dari Tim mahasiswa TH Khusus angkatan ’07 UIN Sunan Kalijaga. Makalah-makalah yang telah dipresentasikan tersebut dihimpun dan disuguhkan kepada pembaca dalam bentuk buku yang tentu saja sudah melalui berbagai tahap proses penerbitan. Buku ini diedit oleh Muammar Zayn Kadafi yang juga salah satu dari tim. Penulis tsb. mengulas tentang pemikiran al-Adlabî mengenai hadits.
Dalam buku Manhaj Naqd al-Matn ‘inda Ulama’ al-Hadits al-Nabawi oleh al-Adlabî, beliau menjelaskan tentang latar belakang perlunya menggunakan Kritik Matan, kemudian beliau juga memaparkan fakta-fakta bahwa kritik matan sudah dipakai Para sahabat dan Ulama Hadis, kemudian beliau menarik sebuah pemahaman dan desain tentang prinsip-prinsip kritik matan menurut ulama hadits. Hasil penelitian al-Adlabi menunjukkan bahwa kritik matan hadis yaang dilakukan  oleh para ulama hadis selama ini masih bergantung  pada kajian mereka terhadap hal ihwal kehidupan periwayat hadis.[1] Adapun latar belakang al-Adlabi menekankan kritik matan secara garis besar yaitu , ada dua fenomena yang mencolok, yaitu fenomena pemalsuan hadis dan fenomena pembelaan terhadap kepentingan politik. Yang pertama lahir dari kesengajaan, sedang yang kedua dari ketidak sengajaan.[2]
 Namun, salah satu ulama hadits, Ahmad Amin berpendapat dalam Dhuha Al-Islam bahwa para ulama’ telah membatasi diri dengan kritik sanad. Mereka tidak menguji apakah sebuah hadits itu berbanding lurus dengan realita lapangan atau tidak.[3] Hal ini berbeda dengan pendapat al-Adlabi. Menurut al-Adlabi, walaupun kritik matan tidak segencar kritik sanad, namun dalam melakukan kritik sanad, para ulama’ hadits juga menggunakan metode kritik matan, yakni ketika mereka memberi penilaian terhadap seorang periwayat melalui kritik terhadap riwayat-riwayatnya. Demikian pula ketika mereka mengkaji istilah-istilah teknis (al Musthalahat). Walaupun sebagian besar istilah-istilah teknis itu terfokus pada sanad, tetapi ada sejumlah istilah teknis yang memperhatikan kritik matan, seperti pembahasan tentang hadis syadz, hadismunkar, hadis mu’allal, hadits mudltharib, hadis mudraj dan hadis maqlub.
Aplikasi nyata dari usaha kritik matannya adalah sebagai berikut :
1.      Jika matan hadits bertentangan dengan informasi dalam al-Qur’an, maka hadits wajib ditolak.
2.      Jika suatu matan hadits dinilai berlawanan dengan hadits lain, maka ia dapat diselesaikan dengan kompromi.
3.      Jika riwayat-riwayat yang bertentangan  dengan akal, indra, dan fakta sejarah, maka produk akal, indra dan data sejarah harus diunggulkan.
Artikel tsb. memang sudah layak untuk dipublikasikan dan tidak ada plagiat di dalamnya. Semua informasi yang disampaikan oleh pemakalah dapat dipertanggungjawabkan, karena pemakalah menyertakan footnote, meskipun hanya bersumber pada buku induk dan CD Mausu’ah. Hal ini menjadikan makalah ini tidak sempurna. Rujukan yang digunakan hanya dua sumber tsb. Pemakalah tidak menambahkan informasi tentang pemikiran lain dari al-Adlabi dalam karya nya yang lain. Sehingga, pemikiran al-Adlabi yang pastinya saling berkaitan dapat direkonstruksi. Selain itu, kepenulisan makalah tsb. kurang sistematis. Perlu ada nya penambahan sub-bab mengenai penjelasan tentang studi kritik matan, urgensi kritik matan, dsb. Sehingga, penjelasan tentang metodologi al-Adlabi dapat dijelaskan secara tuntas. Judul yang diambil oleh pemakalah juga tidak tepat untuk makalah tsb. karena jika menggunakan kata “perkembangan” maka sudah pasti terdapat penjelasan tentang perubahan metodologi kritik matan yang diusung oleh al-Adlabi dari waktu ke waktu. Menurut resensor, judul yang tepat untuk makalah ini adalah “Al-Adlabi dan Metodologi Kritik Matan Hadits”



[1] Salahuddin ibn Ahmad al-Adlabi, Manhaj Naqd al-Matn ind Ulama’ al-Hadits al-Nabawi terj. M. Qodiru Nur dan Ahmad Musyafiq, Kritik Metodologi Matan Hadits (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), hlm. vi.
[2] Sa’adatul Abadiyah dan Istiqomah, al-Adlabî dan Perkembangan Kritik Matan Hadits dalam Muammar Zayn Kadaffi (Ed), Yang Membela dan Yang Menggugat (Yogyakarta: Interpena, 2011), hlm.
[3] Shalahuddin bin Ahmad al-Adlabî, Menalar Sabda Nabi, terj. Ita Qonita, (Yogyakarta: Insan Madani, 2010), hlm. 5.

Senin, 13 Januari 2014

Sabtu, 11 Januari 2014

@Indayanti Beach. Look! Too ugly you know

Introduing My Self


Renungan Sebelum Umur 22 Tahun

Beberapa menit ke depan, sudah tidak lagi berumur 21 tahun.
Banyak sekali kekurangan di sana sini.
Entah bagaimana caranya saya memperbaiki
Tersadar bahwa tidak mudah menjadi orang yang dapat diharapkan
Mencoba menjadi yang terbaik bagi semuanya
Terutama untuk mereka yang tercinta

Sedikit hal yang dapat diresapi selama ini
Namun tidak cukup itu
Sudah menjadi apa saya selama ini?
Sudah apa saja yang lakukan selama ini?
Untuk apa saya hidup selama 21 tahun ini?
Pertanyaan-pertanyaan itu tak memiliki rasa lelah menyiksa pikiran

Terlalu banyak yang harus dipelajari lagi
Jalan hidup tidak dijadikan mudah
jika mudah, betapa manusia akan menyia-nyiakan hidupnya
hiduplah untuk berjuang??atau berjuanglah untuk hidup??

terima kasih kepada Ayah yang sudah di sana. Dari beliau, saya belajar kasih sayang.
terima kasih kepada Ibu. dari beliau, saya belajar bertahan.
terima kasih kepada mbak Lilia. dari nya, saya belajar kedewasaan.
terima kasih kepada adek ais. dari nya, saya belajar mempercayai orang2 yang saya cinta.
terima kasih kepada dek ema. darinya, saya belajar menerima.
terima kasih kepadanya. darinya, saya belajar mempercayai mimpi, diri saya sendiri, dan arti hidup.
maaf buat semuanya atas luka yang pernah saya goreskan. kesalahan saya terlalu sulit untuk bisa dimaafkan.

@Shofiyah Room, Asrama Mahasiswi PP. Pangeran Diponegoro Yogyakarta